JUANGPOS.COM (Banda Aceh) – Guru Besar Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Prof Dr H Syamsul Rijal, M.Ag mendorong para ulama dan kaum intelektual atau para akademisi, untuk mengambil peran aktif menyuarakan berbagai kritik dan saran konstruktif demi membangun Aceh yang lebih baik.
Menurutnya, keterlibatan para alim ulama dan akademisi sangat penting untuk mendorong lahirnya berbagai kebijakan pemerintah yang pro pembangun dan kesejahteraan rakyat Aceh.
“Ulama tidak boleh diam, ulama punya wewenang menyampaikan surat kepada penguasa. Begitu juga akademisi, harus berkontribusi kepada negara dalam hal ini pemerintah,” katanya, saat bersilaturrahmi dengan para wartawan di Kota Banda Aceh, Selasa 14 Desember 2021.
Prof. Syamsul Rijal juga menyampaikan peran penting para wartawan, salahsatu komponen paling penting menyuarakan apa yang disampaikan oleh ulama dan akademisi dengan cara-cara yang positif, dan mudah dipahami oleh masyarakat.
“Ulama dan akademisi harus bersuara menyampaikan pesan-pesan positif untuk kebaikan dan kemajuan bangsa ini. Dan yang terpenting satu lagi adalah peran para wartawan,” ujarnya.
Guru Besar Filsafat Islam itu juga menceritakan sepenggal kisah tentang sosok intelektual muslim, Imam Al-Ghazali yang dulunya berani menyampaikan kritik kepada penguasa, menyurati penguasa untuk mendorong perubahan ke arah lebih baik.
Prof. Syamsul Rijal menegaskan, peran aktif ulama, akademisi dan wartawan akan berdampak positif bagi agama, bangsa dan negara. “Tiga elemen itu penting untuk berperan melihat Aceh kedepan. Saat ini, Rasulullah tidak ada lagi tapi ada ulama sebagai pewaris para nabi,” ungkapnya.
Mantan Wakil Rektor UIN Ar-Raniry itu menjelaskan, komponen ulama dan intelektual kedepan harus melihat apa yang dibutuhkan oleh Aceh. Ia pun yakin kedepan Aceh bisa membangun lebih cepat, bahkan bisa lebih maju dari daerah lain.
“Media harus memberikan peran dan mengkritisi kalau ada hal yang perlu dikritik, tapi harus dengan cara yang baik dan konstruktif, pemerintah dan instansi terkait harus dijadikan mitra untuk membangun Aceh. Peran media itu sangat penting, perlu diingat bahwa ijtihad media, kalau benar dapat pahala dua, kalau salah dapat pahala satu,” pungkasnya.
Kegiatan silaturrahmi itu diselenggarakan di salah satu cafe di kawasan Lueng Bata, Kota Banda Aceh, yang dihadiri oleh puluhan wartawan. Acara tersebut berlangsung sekitar satu jam dari pukul 12.00 hingga 13.00 WIB.
Sejumlah wartawan juga berkesempatan mewawancarai Prof. Syamsul Rijal terkait beberapa masalah krusial Aceh terkini, seperti solusi mengatasi kemiskinan dan upaya mendukung penerapan syariat Islam secara menyeluruh, termasuk soal penerapan Qanun Lembaga Keuangan Syariah. (dya)
Editor : Zulfikar