Penulis : Dahlan. Za (Pimpinan Umum Atjehlifenet.co/Anggota PWI Aceh)
JUANGPOS.COM (Banda Aceh) – Pesta demokrasi pemilihan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh periode 2021-2026 akan berlangsung melalui Konferensi Provinsi (Konfrenprov) yang akan dilaksanakan pada Jumat-Minggu, 19-21 Nopember 2021 mendatang.
Sebanyak lima kandidat bakal calon (Balon) akan memperebutkan 200 suara lebih dari Anggota PWI Aceh dan kabupaten/kota se Provinsi Aceh.
Agenda lima tahunan itu sudah pernah tertunda dengan alasan kondisi dan situasi Aceh dilanda pandemi Covid 19 sejak tahun 2020 lalu. Namun, menjelang akhir perpanjangan masa jabatan ketua definitif periode sebelumnya yang ke dua kali November ini, maka proses pemilihan ketua baru akan dilaksanakan pada pekan ke tiga november ini.
Bakal calon yang sudah dipastikan maju adalah Teuku Haris Fadhilah (Kepala Bagian Pemberitaan RRI Provinsi Aceh/ Wartawan Penguji Dewan Pers dari Aceh), Nasir Nurdin (Pemred theacehpost.com), Imran Joni (Pimpinan Umum Harian Rakyat Aceh), Iranda (Pemred beritamerdeka.net) dan Azhari (Pemred KBA One). Kelima Balon tersebut merupakan pengurus inti dari PWI Aceh pada periode sebelumnya.
Perkembangan hingga saat ini seluruh bakal calon tampak senantiasa harmonis, meski terkadang praktik kampaye politik dalam mengais suara untuk dapat memenangkan diri tentu saja berbeda beda. Berbagai cara lobi sudah sedang dilakukan demikian menjalin silaturrahim antar balon juga senantiasa dilakukan oleh semua Balon.
Sementara banyak pemilih, hingga saat ini mengaku masih belum menetapkan pilihannya secara pasti, karena melihat bakal calon adalah pengurus PWI dengan status memang telah memiliki leadership yang sangat mumpuni.
Pertimbangan yang matang oleh seorang anggota PWI Aceh yang memiliki hak suara untuk diberikan pada Konfrenprov PWI Aceh tahun 2021 ini merupakan sebuah langkah yang tepat dan memang perlu memikirkan secara matang dan mendalam, mengingat fungsi dari suara yang diberikan akan berefek kepada PWI, Insan Pers Aceh, Media Massa di Aceh bahkan perkembangan Aceh ke depan.
Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) adalah satu satunya organisasi wartawan yang lebih tua dengan anggotanya terbanyak di Aceh, tentu saja PWI adalah organisasi yang diperhitungkan oleh berbagai pihak di Aceh.
Sebagai organisasi besar dan memiliki banyak anggotanya, sudah pasti tidak mampu dikendalikan oleh sembarangan orang atau orang yang hanya memiliki Sumber Daya Manusia (Pas Pasan), tidak boleh di pimpin oleh Orang yang memiliki kepentingan pribadi atau kelompok, tetapi pemimpin PWI Aceh adalah orang yang memiliki wawasan luas, ulet, energik, berkompeten tinggi, punya jaringan internal dan eksternal yang memadai, sehingga tujuan bersama dapat tercapai.
Aceh hingga tahun 2021 ini terdapat lebih dari 3000 orang wartawan, mereka bernaung di beberapa Organisasi Wartawan Resmi, namun PWI merupakan Organisasi yang banyak dipilih para wartawan dan tidak sedikit pula wartawan yang belum bergabung ke sejumlah organisasi peguyuban wartawan yang ada.
Demikian juga dengan tingkat legalitas para wartawan di Aceh, masih terlalu banyak mereka yang menjalankan profesi jurnalistik, tetapi belum memiliki legalitas Jurnalis yaitu UKW, padahal Dewan pers telah mewanti wantikan supaya pekerja pers untuk menyandang legalitas Uji Kompetensi Jurnalis (UKW).
Meskipun PWI Aceh telah melakukan perangkulan dan memberikan kesempatan kepada para wartawan baik yang telah menjadi anggota PWI maupun yang belum menjadi anggota PWI di dalam berbagai kesempatan UKW dan Pelatihan yang digelar. Namun tetap saja belum mampu merangkul secara keseluruhan wartawan yang ada karena keterbatasan diberbagai hal.
Demikian juga dengan status media massa berbagai bentuk di Aceh, masih dapat dihitung dengan jari jumlah media massa yang telah terverifikasi dewan pers baik verifikasi faktual maupun verifikasi administrasi, berbagai dalih alasannya yang jelas semua itu belum memenuhi persyaratan bahkan bisa jadi akibat belum mendapat edukasi yang mumpuni, sehingga kredibilitas yang dibutuhkan belum terbangun sebagaimana yang diharapkan.
Lahirnya Pimpinan Organisasi PWI yang baru melalui Konfrenprov Aceh ini harus mampu memfasilitasi sejumlah persoalan yang masih mengganjal di dunia Pers di Aceh. Sehingga kehadiran Pres di Aceh benar benar dapat dirasakan oleh semua pihak sebagai pilar ke 4 dalam pembangunan Negara.
Sosok ketua PWI sebagaimana yang disebutkan di atas adalah harapan semua insan pers di Aceh saat ini. Meski insan pers di identik dengan orang lebih cerdas dari kalangan lain, bukan berarti anggapan itu benar dan dapat dibenarkan, tetapi al hasil yang terjadi, tidak sedikit muncul permasalahan dilapangan akibat kebodohan yang dilakukan oleh pekerja profesi wartawan.
Semua itu tidak lepas dari persoalan kurangnya kualitas SDM sang pekerja profesi wartawan itu sendiri atau bisa jadi akibat upaya masyarakat mengalih perhatian dari perkara yang diangkat wartawan ke permukaan, akhirnya bila tidak mencoreng nama dunia pers maka pekerja pers yang menjadi objek sasaran penegak penindakan hukum.
Di sisi lain, Aceh sebagai daerah yang paling unjung Barat Indonesia dengan Konsentrasi Dewan Pers di Pulau Jawa, tentu saja akan menjadi lebih longgar untuk mendapat perhatian dari pihak pusat dibandingkan daerah lain yang radiusnya lebih dekat dengan pusat. Maka Pimpinan PWI Aceh kedepan tentu saja dibutuhkan orang orang yang memiliki hubungan erat dengan dewan pers, PWI pusat dan lembagan yang menanungi kerja pers di pusat supaya Aceh tidak tertinggal dalam berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai regulasi dan potensi yang berada di pusat untuk daerah.
Harapan lain, diharapkan pemberi suara saat ini adalah peningakatan SDM kepada pelaku pekerja pers dan pimpinan tidak menjadikan jabatan sebagai tiket mencari keuntungan pribadi dan kelompok dalam melaksanakan tugas sebagai ketua PWI “Jabatan sebagai kayu bakar pengasap dapur-read”. Semua harapan insan pers di Aceh saat ini hanya dapat dijalankan oleh seorang Pimpinan yang kompeten tinggi, berjiwa mengayomi, tidak sombong, rakus dan tidak mudah terpedaya serta memiliki kredibilitas tinggi dan punya harga diri.
Diakhir tulisan ini penulis mengajak kepada semua teman teman anggota PWI Aceh yang memiliki hak pilih “mari kita memberikan suara kita kepada calon yang memiliki kualitas tinggi bukan untuk sekedar dalih penyebab hubungan pribadi, tetapi membangun PWI Aceh dan Insan Pers di Aceh ke arah yang lebih bermartabat dan profesional lebih penting dari pada nilai rupiah yang di sodor untuk sebuah suara”. Selamat “Konfrenprov PWI Aceh tahun 2021, Kami menantimu wahai Pemimpin Kami”.
Editor : Zulfikar