JUANGPOS.COM, Jakarta – Sejak Indonesia Super League bergulir pada 2008 hingga era Liga 1 yang kini berjalan, beberapa klub mampu memperlihatkan dominasi mereka di papan atas klasemen. Satu yang memperlihatkan keperkasaan itu adalah Persipura Jayapura, yang berhasil meraih tiga gelar juara Indonesia Super League dan sempat menjuarai Torabika Soccer Championship pada 2016.
Menghitung sejak Indonesia Super League dimulai pada musim 2008-2009, di mana Persipura Jayapura langsung menjadi juara, tim berjulukan Mutiara Hitam itu terhitung cukup mendominasi peringkat lima besar.
Dalam 10 musim, mulai dari ISL 2008-2009 hingga Liga 1 2019, termasuk TSC 2016, Persipura berhasil enam kali berada di posisi lima besar pada akhir musim.
Pada era ISL, tak sekalipun Persipura terpental dari posisi lima besar. Mutiara Hitam berhasil tiga kali menjadi juara ISL, yaitu musim 2008-2009, 2010-2011, dan 2013. Selain itu, Persipura tiga kali menjadi runner-up, yaitu ISL 2009-2010, 2011-2012, dan 2014.
Bahkan ketika kompetisi terhenti dan digantikan oleh TSC pada 2016, Mutiara Hitam kembali menjadi juara. Sayangnya ketika memasuki era Liga 1, Persipura seakan hilang dari papan atas. Baru pada Liga 1 2019, Persipura kembali ke papan atas dan finis di peringkat ketiga.
Namun, dalam perjalanan 10 musim terakhir kasta tertinggi sepak bola Indonesia itu, Persipura mampu konsisten dengan selalu berada di papan atas dalam delapan musim, di mana empat di antaranya berhasil menjadi juara, termasuk TSC 2016.
Selain Persipura Jayapura, klub mana lagi yang mampu cukup dominan untuk berada di papan atas klasemen kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia. Berikut Bola.com mengulasnya.
Persib Cukup Mendominasi
Sebagai klub yang sudah mencatatkan tujuh kali juara sejak era Perserikatan, Persib Bandung memang tetap mampu mempertahankan diri sebagai klub besar di Indonesia.
Empat gelar juara memang diraih Maung Bandung di era Perserikatan, tapi dua gelar juara di era Liga Indonesia dan satu gelar juara di era Indonesia Super League, membuktikan tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat itu memang selalu mampu bersaing di level atas.
Namun, keberhasilan Persib menjadi juara di era ISL tidak mudah. Setelah terakhir kalinya menjadi juara pada Liga Indonesia 1994-1995, Persib baru mampu menjadi juara lagi pada ISL 2014, atau musim keenam setelah era Super League itu dimulai.
Sebelum meraih gelar juara tersebut, Persib tiga kali berhasil finis di papan atas, mulai dari musim 2008-2009, di mana mereka finis di peringkat ketiga, kemudian turun satu peringkat pada musim 2009-2010, dan terpental dari lima besar pada musim 2010-2011 dan 2011-2012, hingga kembali ke lima besar pada 2013 dengan menempati peringkat keempat.
Setelah menjadi juara ISL 2014, yang berlanjut dengan juara Piala Presiden 2015, Persib Bandung berhasil finis di peringkat kelima pada Torabika Soccer Championship 2016. Namun, bicara era Liga 1 yang sudah berjalan tiga musim, Persib hanya satu kali menembus lima besar, yaitu pada 2018 ketika Persija Jakarta menjadi juara. Persib finis di peringkat keempat pada saat itu.
Tidak Ketinggalan, Persija, Arema, dan Sriwijaya
Setelah Persipura Jayapura dan Persib Bandung, klub yang cukup mendominasi di lima besar klasemen sejak ISL hingga Liga 1 adalah Persija Jakarta, Arema, dan Sriwijaya FC. Ketiga tim tersebut tercatat lima musim berada di papan atas liga teratas Indonesia.
Pada musim perdana ISL, 2008-2009, Sriwijaya FC mampu finis di peringkat kelima. Namun, Laskar Wong Kito gagal bersaing di musim 2009-2010, di mana Arema FC menjadi juara dan Persija Jakarta finis di peringkat kelima.
Ketiga tim tersebut mampu bersaing di papan atas pada musim 2010-2011. Persipura menjadi juara, di mana Arema finis sebagai runner-up dan Persija Jakarta di peringkat ketiga. Seperti halnya pada musim perdana ISL, Sriwijaya FC kembali finis di peringkat kelima.
Namun, pada musim berikutnya Laskar Wong Kito melesat. Tim yang bermarkas di Palembang, Sumatra Selatan, itu mampu menjadi juara ISL 2011-2012. Pada musim itu, Persija Jakarta finis di peringkat kelima.
Setelah menjadi juara ISL 2011-2012, Sriwijaya FC kembali finis di peringkat kelima pada ISL 2013, di mana saat itu Arema berhasil menjadi runner-up. Ketika ISL 2014 berlangsung, hanya Arema dari ketiga tim ini yang berhasil melangkah hingga semifinal putaran final, di mana saat itu ISL digelar dengan sistem dua wilayah.
Arema dan Sriwijaya FC mampu mempertahankan konsistensi ketika kompetisi pengganti Torabika Soccer Championship. Arema menjadi runner-up, sementara Sriwijaya FC finis di peringkat keempat.
Namun, ketika era Liga 1 digelar, hanya Persija yang mampu bersaing. Macan Kemayoran finis di peringkat keempat pada musim pertama Liga 1 yang digelar pada 2017. Bahkan Persija mampu menjadi juara pada musim berikutnya, yaitu Liga 1 2018 dengan lebih dulu menjadi juara Piala Presiden 2018. Pada musim yang sama Sriwijaya FC terpental ke Liga 2 karena finis di peringkat ke-16.
Bhayangkara FC, Madura United, dan Bali United Meramaikan di Era Liga 1
Perjalanan selama 10 musim tersebut melahirkan beberapa klub baru, baik karena sistem merger atau alih kepemilihan klub. Namun, tidak sedikit klub yang baru lahir setelah 2015 mampu bersaing di papan atas.
Madura United misalnya. Klub ini merupakan hasil alih kepemilikan dari Pelita Jaya yang berdiri sejak 1986 dan terus berganti-ganti nama hingga terakhir kali bernama Persipasi Bandung Raya. Madura United resmi menjadi nama baru klub tersebut pada 2016.
Tim yang kemudian berjulukan Laskar Sapeh Kerap ini langsung mampu bersaing di papan atas. Debutnya dilakukan di TSC 2016, di mana Madura United mampu finis di peringkat ketiga.
Setelah itu, klub yang dikelola Achsanul Qosasi itu finis di peringkat kelima pada Liga 1 2017 yang menjadi musim kompetisi resmi perdana setelah Indonesia bebas dari sanksi FIFA. Sempat terlempar dari lima besar pada Liga 1 2018, Madura United kembali finis di papan atas dengan menempati peringkat kelima Liga 1 2019.
Lebih baik dari Madura United, ada Bhayangkara FC. Tim yang dikelola oleh Kepolisian Republik Indonesia ini selalu mampu bersaing di papan atas sejak musim pertama Liga 1, bahkan menjadi juara.
Bhayangkara FC menjadi juara pada Liga 1 2017, di mana tim berjulukan The Guardians itu dibimbing oleh Simon McMenemy yang sukses memadukan pemain senior dengan pemain muda untuk tampil konsisten dan bersaing ketat dengan Bali United hingga akhir musim.
Setelah menjadi juara di musim pertama Liga 1, Bhayangkara FC finis di peringkat ketiga Liga 1 2018. The Guardians tetap tidak keluar dari papan atas setelah finis di peringkat keempat pada Liga 1 2019.
Selain itu, ada Bali United yang menggebrak era Liga 1 dengan menjadi pesaing utama untuk menjadi juara sejak 2017. Bali United hampir juara pada musim pertama Liga 1 itu. Sayangnya, Bali United harus kecewa setelah Komdis PSSI memberikan tiga poin tambahan untuk Bhayangkara FC sebagai keputusan dari laga kontra Mitra Kukar yang dianggap kontroversi. Bali United pun gagal juara saat itu.
Sempat terpental dari papan atas klasemen Liga 1 pada musim 2018, di mana Semeton Dewata, pendukung Bali United, begitu kecewa pada akhir musim, Bali United kemudian berbenah di awal 2019 dengan mendatangkan Stefano Cugurra Teco yang membawa Persija juara Liga 1 2018. Hasilnya, di bawah arahan pelatih asal Brasil itu, Serdadu Tridatu mampu menjadi juara Liga 1 2019. (bola.com)
Sumber : https://www.bola.com/indonesia/read/4272051/persipura-dan-deretan-klub-langganan-5-besar-kompetisi-indonesia-sejak-isl-hingga-liga-1